Acara yang berlangsung pada Sabtu (22/6/2024) ini didukung oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) USK, bekerjasama dengan Pusat Riset Rendah Karbon (Low Carbon Development Research Center) Universitas Teuku Umar (UTU) dan Pusat Riset Kehutanan USK. Panitia Pelaksana, Syifa, menyampaikan webinar yang digelar secara daring melalui platform Zoom ini menarik perhatian 50 peserta yang aktif dari kalangan peneliti, aktivis lingkungan, dan praktisi dari Aceh maupun tingkat nasional.
Webinar ini membahas beragam topik terkait perubahan iklim, upaya mitigasi, dan strategi adaptasi untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim terhadap lingkungan dan kehidupan manusia.
Narasumber pertama Ir Arif Habibal Umam SSi MSc IPM menyampaikan materi “Dinamika Iklim dan Lingkungan di Sumatra Sejak Masa Prasejarah Sebagai Basis Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim”. Ia memaparkan data dan hasil kajian paleoekologi dari sedimen tanah gambut di Sumatera yang menunjukkan perubahan iklim. Menurut Dosen Prodi Kehutanan Fakultas Pertanian USK itu sejak masa lampau di Sumatera termasuk kawasan ekosistem rawa gambut tripa. Ekosistem ini terus berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. “Ekosistem rawa gambut Tripa yang awalnya merupakan hutan rawa biasa mengalami pergeseran menjadi ekosistem rawa gambut selama ribuan tahun,” jelasnya.
Selanjutnya Arif mengatakan faktor yang mempengaruhi dinamika iklim dan lingkungan adalah perubahan komposisi vegetasi asal (native) akibat gangguan-gangguan yang disebabkan oleh aktivitas manusia (komunitas masyarakat masa prasejarah di sekitar ekosistem tersebut) seperti pembukaan lahan dan bencana alam seperti tsunami, banjir bandang, dan letusan gunung berapi.
Perubahan lingkungan yang terjadi membutuhkan waktu 60 tahun agar cadangan karbon kembali dan membutuhkan masa 170 tahun untuk kembali seperti semula. “Hasil kajian paleoekologi dapat berkontribusi dalam proses adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan lingkungan bagi masyarakat di masa depan,” ujarnya. Menurut Arif, kegiatan restorasi dan rehabilitasi hutan sebaiknya memperhatikan data hasil kajian paleoekologi seperti jenis-jenis tumbuhan asli yang berada sejak lama di lokasi tersebut untuk keberhasilan program pemulihan ekosistem yang rusak.
Narasumber kedua, Anis Hidayah yang merupakan Aktivis HAM dan Petani Urban menyampaikan materi tentang “Revolusi Pangan Masyarakat Urban Farming sebagai Jalan Keluar Menuju Ketahanan Pangan Sehat”. Anis menggambarkan dampak berkelanjutan pandemi terhadap kesediaan pangan sehingga terjadi keterbatasan, baik soal ketersediaan makanan (availability), akses yang terjangkau (access), penggunaan dan pemanfaatan makanan (utilization), dan stabilitas pasokan dan akses (stability). Karena akses terbatas, kesediaan pangan terbatas sehingga bertanam di rumah, terutama di perkotaan (urban farming) menjadi sangat dibutuhkan dan jadi sistem alternatif ketahanan pangan.
Urban farming akan memotong food chain dan bertampak positif terkait perubahan iklim. Anis berhasil membentuk komunitas Rumah Organik Studio Alam Indah (Rosai) yang beranggotakan 60 anggota di Depok, Jawa Barat, pada tahun 2019. Kegiatan Rosai meliputi bertanam, composting, pilah sampah, penguatan kapasitas, pasar organik, berbagi panen dan benih. Anis juga menceritakan berbagai tips untuk memulai membangun komunitas urban farming di lingkungan sekitar. Salah satunya dengan membangun public awareness tentang berbagai penelitian soal bahaya kimia. Memulai dari rumah sendiri, mengajak panen komunitas, berbagi benih dari anggota komunitas yang sudah berhasil melaksanakan urban farming dan training bertanam organik.
Suraiya Kamaruzzaman, Kepala Pusat Riset Perubahan Iklim USK atau lembaga Aceh Climate Chnge Initiative (ACCI), menyatakan apresiasi yang mendalam kepada para pembicara dan peserta atas kontribusi dalam diskusi yang inspiratif. Webinar ini tidak hanya menjadi forum untuk berbagi pengetahuan dan wawasan, tetapi juga langkah konkret dalam menggerakkan komunitas untuk aksi nyata dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global. ACCI berkomitmen untuk mengimplementasikan ide-ide dan rekomendasi yang dihasilkan, serta mendorong kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat tindakan terhadap tujuan-tujuan lingkungan global. “Terima kasih atas partisipasi dan dukungan semua dalam upaya kolektif untuk melindungi planet kita. Mari bersama-sama berkomitmen untuk mewariskan lingkungan hidup yang sehat kepada generasi mendatang,” kata Suraiya.[]
Penulis : Hendra Syahputra
Editor : M. Nur
sumber: https://www.readers.id/read/acci-usk-gelar-webinar-peringati-hari-lingkungan-hidup-sedunia/index.html
Comments are closed